PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK “KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORALITAS DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN”
MAKALAH
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
“KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN
MORALITAS DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN”
PENGAPU
: Dewi Puspita Ningsih,.M.Pd
DISUSUN
OLEH
NURUL MAULINA (18.07.06.0003)
PROGRAM
PENDIDIKAN SOSIOLOGI
FAKULTAS
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NAHDLATUL ULAMA MATARAM
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya kepada kami
sehigga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “KARAKTERISTIK
PERKEMBANGAN MORALITAS DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN
” .
Penyusun makalah ini bertujuan untuk memenuhi
syarat nilai mata kuliah Perkembangan Peserta Didik dan untuk mengetahui
perkembangan morallitas Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan
dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun
penulisan. Kekurangan-kekurangan tersebut terutama disebabkan karena kelemahan
dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan penulis. Hanya dengan kearifan dan
bantuan dari berbagai pihak untuk memberikan kritik dan saran yang konstruktif
maka kekurangan-kekurangan tersebut dapat diperkecil. Namun dalam penulisan
makalah ini ada sepercik harapan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, serta diridlai oleh Allah SWT amin.
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................ ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
A.
Latar Belakang................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................... 2
C.
Tujuan dab Manfaat Penbahasan........................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................. 3
A. Perkembangan
Moralitas pada Remaja............................................... 3
B. Implementasi
perkembangan Moralitas dalam pendidikan................. 5
C. Penyebab Akhlak dan
Moral Remaja Menurun.................................. 7
D. Karakteristik
Perkembangan Keagamaan Remaja Serta Implimikasi
dalam
Pendidikan............................................................................... 9
BAB III PENUTUP................................................................................... 14
A. Kesimpulan....................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 15
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan masa peralihan manusia dari
anak-anak menuju dewasa. “Masa remaja adalah usia yang paling rawan dalam
kehidupan anak-anak. Salah mendidik, anak akan menjadi sosok yang angkuh, egois
dan pemberontak” (menurut Dr. Farah Agustin, Psikolog anak). Di
usia ini anak-anak mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi
itu, meliputi: jasmani, rohani, pikiran, perasaan dan sosial. Dalam pembagian
tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki tahap progresif.
Masa remaja adalah puncak perkembangan seluruh
aspek-aspek kepribadian anak. Sebab setelah melewati masa remaja ini anak
tersebut akan menjadi seorang yang dewasa yang boleh dikatakan telah terbentuk
suatu pribadi yang relatif tetap.
Perkembangan moral, nilai dan sikap (tingkah
laku) ini berkembang sangat pesat pada masa remaja. Dapat dikatakan bahwa pada
masa remaja menjadi penentu perkembangan hal-hal tersebut.
Penanaman nilai-nilai keagamaan menyangkut
konsep tentang ketuhanan, semenjak usia dini mampu membentuk religiositas anak
mengakar secara kuat pada masa remaja dan mempunyai pengaruh sepanjang hidup.
Pada teori Harms, dinyatakan bahwa pemahaman anak tentang tuhan
melalui tiga fase, dan masa remaja adalah masa yang mengalami fase individualistic
stage. Dua situasi yang mendukung perkembangan rasa agama pada usia remaja
adalah kemampuannya untuk berfikir abstrak dan kesensitifan emosinya.
Bab II Pasal 4, dijelaskan
bahwa: ”Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan dan berbudi pekerti luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang
mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan bangsa”1. Ini merupakan
salah satu dasar dan tujuan dari pendidikan nasional yang seharusnya menjadi
acuan bangsa Indonesia. Dipasal tersebut juga membahas tentang tujuan
pendidikan nasional untuk mengembangkan manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan . Maka dari itu diperlukan pengembangan moral pada peserta didik.
Ditambah lagi dengan semakin menurunnya moral dan akhlak remaja masa kini yang
ditandai dengan aksi anarkis, penggunaan narkoba, free sex, dan pornografi
sehingga urgensi pengembangan moral harus lebih ditekankan dalam lingkup
pendidikan.
. B. Rumusan
Masalahan
A. Apa yang di
maksud dengan perkembangan moralitas pada remaja?
B.
Bagaimana peng-implikasi-an perkembangan
moralitas dalam pendidikan?
C.
Apa penyebab akhlak dan moral remaja masa kini
semakin menurun?
D. Bagaimakah karakteristik
perkembangan moralitas dan keagamaan remaja serta implikasinya dalam
pendidikan?
C. Tujuan Dan Manfaat Pembahasan
1. Mengetahui penyebab akhlak dan moral
remaja masa kini semakin menurun
2. Mengetahui apa saja yang termasuk
karakteristik pengembangan moral dan religi peserta didik.
3. Mengetahui apa saja faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan moral dan religi peserta didik.
4. Mengetahui dan dapat mengaplikasikan
upaya pengembangan moral dan religi peserta didik di ruang lingkup pendidikan.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
Moralitas pada Remaja
Moral adalah ajaran tentang baik buruk
perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban (purwadarminto, 1957:957). Dalam
moral diatur segala perbuatan yang dinilai baik dan perlu dilakukan, dan suatu
perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan
kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan salah dengan
demikian moral merupakan kendali dalam bertingkah laku.
Ali (2004) menyatakan bahwa moral merupakan
rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi.
Moral kaidah norma dan pranata yang mengatur perilaku individu dalam
hubungannya dengan kelompok sosial dan masyarakat.
Sjarkawi (2006)
menyatakan bahwa morasegala hal yang berl adarulah segala hal yang berurusan
dengan sopan santun, moral berasal dari tradisi atau adat,agama dan
lain-lainnya. Moral yang baik, berasal dari cara berpikir moralnya yang tinggi
berdasarkan pertimbangan moral yang bersumber dari perkembangan moral
kognitifnya.
Karakteristik
perkembangan moralitas pada remaja, Dalam moralitas terdapat nilia-nilai
moral, yaitu seruan untuk berbuat baik dan larangan berbuat keburukan.
Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan
nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Pada masa remaja, individu tersebut
harus mengendalikan perilakunya sendiri agar sesuai dengan norma dan nilai yang
berlaku dimasnyarakat, yang mana sebelumnya menjadi tanggung jawab guru dan
orang tua.
Sedangkan remaja berasal dari
bahasa Latin “adolescence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.
Istilah adolescence juga mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan
mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (Hurlock,
1980: 206)
Secara psikologis,
masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa,
usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua
melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah
hak, intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek
efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.
1. Hakikat
Perkembangan Moralitas
Perkembangan moral adalah perkembangan yang
berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya
dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock,
1995).
Anak-anak
ketika dilahirkan tidak memiliki moral, tetapi dalam dirinya terdapat potensi
moral yang siap untuk dikembangkan. Karena itu melalui pengalamanya
berinteraksi dengan orang lain, anak belajar memahami tentang prilaku mana yang
baik, yang boleh dikerjakan dan tinglah laku mana yang buruk yang tidak boleh
dikerjakan.
2. Karakteristik Perkembangan Moralitas pada Remaja
Dalam moralitas
terdapat nilia-nilai moral, yaitu seruan untuk berbuat baik dan larangan
berbuat keburukan. Seseorang dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang
tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi. Pada masa
remaja, individu tersebut harus mengendalikan perilakunya sendiri agar sesuai
dengan norma dan nilai yang berlaku dimasnyarakat, yang mana sebelumnya menjadi
tanggung jawab guru dan orang tua.
Tahap-tahap perkembangan moral yang
dikemukakan oleh Lawrence E. Kohlberg berikut ini:
a.
Tingkat prakonvensional pengertiannya aturan-aturan
dan ungkapan-ungkapan moral masih ditafsirkan oleh individu/ anak berdasarkan
akibat fisik yang akan, baik berupa sesuatu yang menyakitkan atau kenikmatan.
b.
Tingkan konvensional merupakan aturan-aturan
dan ungkapan-ungkapan moral dipatuhi atas dasar menuruti harapan keluarga ,
kelompok, atau masyarakat.
Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral:
a. Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan
pertama sebagai individu. Begitupula dengan pendidikan agama yang diajarkan di
lingkungan keluarga sangat berperan dalam perkembangan moral remaja.
b. Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari
yang mempunyai sanksi-sanksi buat pelanggarnya.
c. Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat
yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk
tingkah laku yang sesuai.
d. Perkembangan nalar, makin tinggi penalaran seseorang, maka makin tinggi
pula moral seseorang.
B.
Implementasi
Perkembangan Moralitas Dalam Pendidikan
Manusia pada umumnya berkembang sesuai dengan
tahapan-tahapannya. Perkembangan tersebut dimulai sejak masa konsepsi hingga
akhir hayat. Ketika individu memasuki usia sekolah, yakni antara tujuh sampai
dengan dua belas tahun, individu dimaksud sudah dapat disebut sebagai peserta
didik yang akan berhubungan dengan proses pembelajaran dalam suatu sistem
pendidikan.
Cara pembelajaran yang diharapkan harus sesuai
dengan tahapan per-kembangan anak, yakni memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1.
programnya disusun secara fleksibel dan tidak
kaku serta memperhatikan perbedaan individual anak.
2.
tidak dilakukan secara monoton, tetapi
disajikan secara variatif melalui banyak aktivitas.
3.
melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber
belajar sehingga memungkinkan anak terlibat secara penuh dengan menggunakan
berbagai proses perkembangannya (Amin Budiamin, dkk., 2009:84)
.
Ø
Implikasi Perkembangan Moral
Purwanto
(2006:31) berpendapat, moral bukan hanya memiliki arti bertingkah laku sopan santun,
bertindak dengan lemah lembut, dan berbakti kepada orang tua saja, melainkan
lebih luas lagi dari itu. Selalu berkata jujur, bertindak konsekuen,
bertanggung jawab, cinta bangsa dan sesama manusia, mengabdi kepada rakyat dan
negara, berkemauan keras, berperasaan halus, dan sebagainya, termasuk pula ke
dalam.
Perkembangan moral anak dapat berlangsung
melalui beberapa cara, salah satunya melalui pendidikan langsung, seperti
diungkapkan oleh Yusuf (2005:134). Pendidikan langsung yaitu melalui penanaman
pengertian tentang tingkah laku yang benar-salah atau baik-buruk oleh orang tua
dan gurunya.
Selanjutnya masih menurut Yusuf (2005:182),
pada usia sekolah dasar anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak dapat memahami alasan yang
mendasari suatu bentuk perilaku dengan konsep baik-buruk. Misalnya, dia
memandang bahwa perbuatan nakal, berdusta, dan tidak hormat kepada orang tua
merupakan suatu hal yang buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil, dan sikap
hormat kepada orang tua merupakan suatu hal yang baik.
Ø Adapun implementasi dari
perkembangan moral pada remaja adalah:
1.
Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman;
2.
Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan tersebut;
3.
Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain;
4.
Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati;
5.
Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai
yang diyakininya.
Ø Upaya-Upaya Sekolah
Dalam Rangka Mengembangkannya
Ketika anak
berada dalam masa perkembangan, pembentukan moralnya dipengaruhi oleh
lingkungannya. Dimulai dari lingkungan keluarga, dimana orang tua mengenalkan
nilai-nilai sederhana seperti kesopanan terhadap ayah dan ibu. Saat pergaulan
anak tersebut makin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak
nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya.
Upaya membantu
remaja menemukan identitas diri:
a. Berilah
informasi tentang pilihan-pilihan karier dan peran-peran orang dewasa
b. Membantu
siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru
konseling)
c. Bersikap
toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya:
mendiskusikan tentang tatakrama dalam berpakaian.
Mengenai peranan sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak, Hurlock
(1986: 322) mengemukakan bahwa sekolah merupakan factor penentu bagi
perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berpikir, bersikap,
maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai substitusi keluarga
dan guru substitusi orangtua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah memainkan
peranan penting yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu ;
a.
Siswa harus hadir disekolah;
b.
Sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara
dini seiring dengan masa perkembangan ‘konsep dirinya”;
c.
Anak-anak banyak menghabiskan waktunya di
sekolah daripada di tempat lain di luar rumah;
d.
Sekolah member kesempatan kepada siswa untuk
meraih sukses;
e.
Sekolah member kesempatan pertama kepada anak
untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistis.
C. Penyebab
Akhlak dan Moral Remaja
Menurun
Adapun yang menjadi akar masalah penyebab
timbulnya krisis akhlak dan moral dalam diri banyak remaja diantaranya adalah:
1. krisis akhlak terjadi karena pegangan
terhadap agama yang menyebabkan hilangnya pengontrol diri dari dalam (self
control). Selanjutnya alat pengontrol perpindahan kepada hukum dan masyarakat.
Namun karena hukum dan masyarakat juga sudah lemah, maka hilanglah seluruh alat
kontrol. Akibatnya manusia dapat berbuat sesuka hati dalam melakukan
pelanggaran tanpa ada yang menegur.
2. krisis akhlak terjadi karena
pembinaan moral yang dilakukan oleh orang tua, sekolah dan masyarakat sudah
kurang efektif. Bahwa penanggungjawab pelaksanaan pendidikan di negara kita
adalah keluarga, masyarakat dan pemerintah. Ketiga institusi pendidikan sudah
terbawa oleh arus kehidupan yang mengutamakan materi tanpa diimbangi dengan
pembinaan mental spiritual.
3. krisis akhlak terjadi karena derasnya
arus budaya hidup materialistik, hedonistik dan sekularistik. Derasnya arus
budaya yang demikian didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata
mengeruk keuntungan material dengan memanfaatkan para remaja tanpa
memperhatikan dampaknya bagi kerusakan akhlak para generasi penerus bangsa.
a.
faktor-faktor pengembangan moral
Dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai
pencerminan nilai-nilai hidup terterntu, Banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan moral diantaranya yaitu:
1. Faktor
tingkat harmonisasi hubungan antara orang tua dan anak.
2. Faktor
seberapa banyak model (orang-orang dewasa yang simpatik, teman-teman,
orang-orang yang terkenal dan hal-hal lain) yang diidentifikasi oleh anak
sebagai gambaran-gambaran ideal.
3. Faktor
lingkungan memegang peranan penting. Diantara segala segala unsur lingkungan
social yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsure lingkungan
berbentuk manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai
perwujudan dari nilai-nilai tertentu.
4. Faktor
selanjutnya yang memengaruhi perkembangan moral adalah tingkat penalaran.
Perkembangan moral yang sifatnya penalaran menurut Kohlberg, dipengaruhi oleh
perkembangan nalar sebagaimana dikemukakan oleh piaget. Makin tinggi tingkat penalaran
seseorang menurut tahap-tahap perkembangan piaget, makin tinggi pula tingkat
moral seseorang.
b. Upaya untuk
mengembangkan moralitas pada remaja
Hurlock mengemukakan ada empat pokok utama yang
perlu dipelajari oleh anak dalam mengoptimalkan perkembangan moralnya, yaitu :
1. Mempelajari apa yang
diharapkan kelompok sosial dari anggotanya sebagaimana dicantumkan dalam hukum.
Harapan tersebut terperinci dalam bentuk hukum, kebiasaan dan peraturan.
Tindakan tertentu yang dianggap “benar” atau “salah” karena tindakan itu
menunjang, atau dianggap tidak menunjang, atau menghalangi kesejahteraan
anggota kelompok. Kebiasaan yang paling penting dibakukan menjadi peraturan
hukum dengan hukuman tertentu bagi yang melanggarnya. Yang lainnya, bertahan
sebagai kebiasaan tanpa hukuman tertentu bagi yang melanggarnya.
2. Pengambangan hati nuranni
sebagai kendali internal bagi perliaku individu. Hati nurani merupakan
tanggapan terkondisikan terhadap kecemasan mengenai beberapa situasi dan
tindakan tertentu, yang telah dikembangkan dengan mengasosiasikan tindakan
agresif dengan hukum.
D. Karakteristik
Perkembangan Keagamaan Remaja Serta Implikasinya Dalam Pendidikan.
a. Pengertian
Agama memang tidak mudah untuk
didefinisikan secara tepat, karena agama mengambil bentuk bermacam-macam
diantara suku-suku dan bangsa-bangsa di dunia. Secara etimologi, religion
(agama) berasal dari bahasa latin religio, yang berarti suatu
hubungan antara manusia dan Tuhan.
Sebagaimana yang dijelaskan
oleh Adams dan Gullotta (1983), agama memberikan sebuah
kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya,
agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa
dan untuk apa seseorang berada di dunia ini. Fitrah beragama ini merupakan disposisi (kemampuan
dasar) yang mengandung kemungkinan atau berpeluang untuk berkembang.
Jadi kesimpulannya, perasaan
remaja pada agama adalah ambivalensi. Kadang-kadang sangat cinta dan
percaya pada Tuhan, tetapi sering pula berubah menjadi acuh tak acuh dan
menentang (Zakiyah Darajat, 2003:96-96 dan Sururin, 2002:70).
b. Karakteristik
Perkembangan Keagamaan
Dalam
pembagian tahap perkembangan manusia, maka masa remaja menduduki masa
Progresif. Dalam pembagian yang agak terurai masa remaja mencakup masa juvenitilas
(adolescantium), pubertas, dan nubilitas.
Perkembangan
pada masa remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan
jasmaninya. Perkembangan itu antara lain menurut W. Starbuck adalah:
a) Pertumbuhan
pikiran dan mental
Ide dan
dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-kanak sudah tidak
begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran agama mulai timbul.
Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada masalah kebudayaan, sosial,
ekonomi, dan norma-norma kehidupan lainnya.
b) Perkembangan
perasaan
Berbagai
perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial, etis, dan estetis
mendorong remaja untuk menghayati berkehidupan yang terbiasa dalam
lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya lebih dekat
ke arah hidup yang religius pula. Sebaliknya, bagi remaja yang kurang mendapat
pendidikan dan siraman ajaran agama akan lebih mudah didominasi dorongan
seksual.
e) Sikap dan minat
Sikap dan
minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan sangat kecil dan hal
ini tergantung dari kebiasaan masa kecil dan lingkungan agama yang mempengaruhi
mereka (besar kecil minatnya).
Ahli umum (Zakiah,
Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya
perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif
menunjukan karakteristik yang berbeda.
1.
Masa remaja awal
a. Sikap negatif
disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang
beragama secara hipokrit;
b. Pandangan
dalam ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar
berbagai konsep dan pemikiran yang tidak cocok;
2. Masa
remaja akhir
a. Sikap kembali
pada umumnya kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual;
b. Pandangan
dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya;
c. Penghayatan
rohaniahnya kembali tenang.
c. Faktor- faktor yang Mempengaruhi
Tidak sedikit remaja yang bimbang
dan ragu dengan agama yang diterimanya, W.
Sturbuck meneliti mahasiswa Middle Burg College. Dari
142 remaja yang berusia 11-26 tahun, terdapat 53% yang mengalami keraguan
tentang:
a)
Ajaran agama yang mereka terima.
b)
Cara penerapan ajaran agama.
c)
Keadaan lembaga-lembaga keagamaan.
d)
Para pemuka agama
Menurut analisis yang
dilakukan W.Starbuck, keraguan itu disebabkan oleh faktor:
a. Kepribadian
Tipe kepribadian dan jenis
kelamin, bisa menyebabkan remaja melakukan salah tafsir terhadap ajaran agama.
b.
Kebiasaan
Remaja yang sudah terbiasa dengan
suatu tradisi keagamaan yang dianutnya akan ragu untuk menerima kebenaran
ajaran lain yang baru diterimanya/dilihatnya.
c.
Pendidikan
Kondisi ini terjadi pada remaja
yang terpelajar. Remaja yang terpelajar akan lebih kritis terhadap ajaran
agamanya. Terutama yang banyak mengandung ajaran yang bersifat dogmatis.
Apalagi jika mereka memiliki kemampuan untuk menafsirkan ajaran agama yang
dianutnya secara lebih rasional.
d.
Implikasi Perkembangan Keagamaan
Remaja Dalam Pendidikan
Spilka menyatakan bahwa penanaman
agama yang terhenti sebelum seseorang mencapai formal operation stage kadang
akan sulit untuk diperbaiki. Oleh karena itu pemberian materi agama bagi remaja
harus tetap dilakukan dengan memperhatikan berbagai aspek perkembangan yang
terjadi pada masa remaja.
Sebagai
faktor eksternal, maka pendidik harus memperhatikan dinamika perkembangan
remaja. Dalam hal ini dinamika perkembangan remaja dapat digunakan sebagai
dasar penyusunan materi yang akan diberikan kepada remaja beserta strategi dan
metode penyampaiannya. Dilihat dari
segi muatanya, pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran pokok yang
menjadi satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran yang
lain sehingga penyampaian materi agama harus
disampaikan menggunakan konsep yang luas, dengan mengaitkan berbagi cabang ilmu
pengetahuan lain dan disampaikan secara mendalam.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perkembangan religius remaja tergantung
bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa anak-anak. Umumnya, apabila
pendidikan agama yang diberikan kuat maka perkembangan religius remaja akan
menjadi positif dan banyak boleh jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya,
apabila terdapat kerancuan pemahaman terhadap keagamaan, maka perkembangan
religius remaja tersebut akan terganggu. Pada masa remaja, keagamaan sama
pentingnya dengan moral.
B. SARAN
Sebagai akhir makalah ini,
penulis akan menyampaikan saran yang mungkin dapat berguna bagi para pembaca.
Adapun saran-saran sebagai berikut:
1. Sebagai generasi
muda, sudah selayaknya kita bersikap bijaksana dalam melakukan segala hal,
pertimbangkan resiko baik dan buruknya, bukan hanya untuk diri kita sendiri
melainkan untuk orang-orang disekeliling kita;
2. Diharapkan di
sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang maksimal, agar dapat membangun
kreatifitas dan prestasi peserta didik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti tawuran, bolos saat jam pelajaran berlangsung dan
lain-lain;
3. Diharapkan kepada
pemerintah untuk senantiasa terus melakukan upaya pengawasan ke tiap sekolah
demi meningkatkan efektifitas dan efisiensi kinerja dari warga sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Ali,Muhammad
dan Muhammad Asrori.2004.psikologi Remaja.Jakarta: PT
Bumi Aksara
Sjarkawi.2006.Pembentukan
Kepribadian Anak.Jakarta: PT Bumi Aksara
Yusuf,
Syamsu.2011.Perkembangan Peserta Didik.Jakarta: Rajawali Pers
Komentar
Posting Komentar